Charles Prosper Wolff Schoemaker
dilahirkan di Banyubiru, Jawa Tengah, pada tahun 1882. Ia menjalani pendidikan
di Akademi Militer di Belanda hingga lulus dengan pangkat letnan zeni militer.
Sekembalinya di Hindia Belanda pada tahun 1905, Wolff Schoemaker bekerja
sebagai arsitek militer untuk pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1911 Wolff
keluar dari dinas militer dan dua tahun kemudian bekerja sebagai insinyur
teknik pada Dienst Burgerlijk Openbare Werken atau Dinas Pekerjaan Umum
Batavia. Saat menjabat sebagai direktur di GemeentewerkenBatavia, diketahui ia
menjadi seorang Muslim. Tidak ada informasi mengenai faktor apa yang
menyebabkannya memutuskan berpindah agama saat itu.
Tak lama setelah memeluk agama
Islam, Wolff Schoemaker mendapatkan gelar Kemal dari rekan-rekan Muslimnya.
Kegiatannya dalam dunia Islam dilakukannya melalui jabatannya sebagai wakil
ketua pada kelompok Western Islamic Association di Bandung. Ia juga bergabung
dengan organisasi Persatoean Oemmat Islam setelah masa perang kemerdekaan.
Melalui sebuah suratpanjang, Ia bahkan menyarankan pada mantan muridnya yang
saat itu menjadi PresidenR.I., Ir. Soekarno, agar mengarahkan republik yang
baru berdiri ini menjadi Kesultanan Indonesia Islamyah. Menurut pandangannya
sistem demokrasi dengan dasar-dasar yang berasal dari barat itu tidak tepat
untuk dijalankan di Indonesia. Beberapa pandangannya mengenai Islam
dituangkannya pula dalam sebuah tulisan yang diterbitkan dalam koleksi essay
yang berjudul Cultuur Islam (1937).
Pada tahun 1938 Wolff Schoemaker
mendapatkan tugas untuk menggantikan kakaknya, Richard, sebagai pengajar di
Techincal University di Delft. Dalam perjalanan menuju Belanda itu Wolff
berkesempatan untuk mampir dan tinggal sebentar di Kairo, Mesir. Setelah berada
di Belanda, Wolff memutuskan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah pada akhir
tahun 1938. Pada akhir tahun 1939 Wolff kembali keBandungdan melanjutkan
tugasnya sebagai professor di Technische Hoogeschool.
(Baca:Villa Isola, Bandung)
Sebagai seorang Muslim yang cukup
aktif dalam kegiatan keagamaan, Wolff Schoemaker cukup disegani oleh para
mahasiswa Indonesianya. Sementara kalangan mahasiswa Belanda dan orang-orang
Eropa lainnya tak dapat memahami pilihan Wolff Schoemaker untuk menjadi Islam.
Dalam pengantar untuk Cultuur Islam, Wolff Schoemaker menyatakan bahwa karakter
yang humanis dan toleran dalam Islam memberikan peluang bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Mungkin hal itulah yang membuat Wolff Schoemaker merasa cocok
dengan pilihannya. Wolff Schoemaker memang merupakan figur yang sangat terbuka
bagi ilmu pengetahuan. Ia juga unik sehingga tidak mudah dipahami oleh
lingkungannya. Tidak mudah juga untuk dapat berteman dengannya. Kebanyakan
rekannya menilainya sebagai seorang yang temperamental, emosional, sekaligus
juga flamboyan dan sensual.
Walaupun kegiatannya sebagai
Muslim cukup menonjol, dari empat kali pernikahannya Ia tidak pernah menikahi
sesama Muslim. Bahkan satu-satunya karya yang berkarakter Islam yang pernah
dibuatnya hanyalah Masjid Kaum Cipaganti yang diselesaikannya pada tahun 1934.
Masjid ini dibangun di Nijlandweg, di tengah-tengah kompleks permukiman bangsa
Eropa di Bandung Utara pada masa pemerintahan Bupati Rd. Tg. Hassan
Soemadipradja. Keanehan lainnya adalah fakta bahwa Ia dimakamkan di TPU Kristen
Pandu pada tahun 1949.
Ridwan Hutagalung
EmoticonEmoticon