Masjid Raya Cipaganti merupakan salah
satu masjid tertua di Bandung dan menyimpan banyak sejarah, dibangun pada 1933
dengan arsiteknya Kamal Wolf Schoemaker (1882-1949), arsitek berkebangsaan
Belanda yang juga arsitek dari Gereja Katedral Bandung dan Gedung Museum
Konferensi Asia Afrika. Masjid Cipaganti banyak dikunjungi wisatawan lokal dan
mancanegara. Arsitektur Masjid menggabungkan arsitektur Eropa dengan arsitektur
Jawa dan uniknya Masjid Cipaganti tidak memiliki kubah, namun Schoemaker
mendesain suatu ruangan menara yang terletak dilangit-langit mesjid.
Pembangunan masjid memakan waktu
relatif singkat hanya 1 tahun dengan biaya pembangunan bersumber dari kaum Bumi
Putera (pribu mi). Peletakan batu pertama oleh Bupati Bandung saat itu Raden Tb
Hasan Soemadipraja bersama Patih Bandung Raden RG Wirijadinyang serta Raden
Hadji Abdul Kadir. Masjid Cipaganti juga pernah dijadikan markas tentara
Pembela Tanah Air (PETA). Didalam bangunan bisa ditemukan lampu kuningan antik
yang menggantung, lampu tersebut menghiasi masjid sejak zaman kolonial dan
masih terpelihara dengan baik. Toilet dan tempat wudhu masjid pun bersih.
Peralatan sholat untuk umum pun tersedia.
Masjid Cipaganti sudah beberapa kali
mengalami renovasi. Misalnya di bagian pintu utama masjid terdapat monumen
peresmian yang berbunyi: Rehabilitasi dan Pengembangan Masjid Raya Cipaganti 2
Agustus 1979 – 31 Agus 1988 Diresmikan 28 Oktober 1988 oleh Wali Kota Bandung
Ateng Wahyudi. Kini total luas masjid mencapai 720 meter persegi di atas lahan
seluas 2.52. meter persegi dengan masjid beratap kayu sirap. Setiap hari Jumat,
masjid dipadati jamaah yang sering kali tak sanggup ditampung sehingga meluber
ke jalan raya. Masjib Cipaganti sangat mudah diakses, cukup menyusuri Jalan
Cipaganti menuju arah Setiabudi, bangunan masjid bisa ditemukan di pinggir kiri
jalan. Jalan Cipaganti juga dilalui angkutan kota.
Sumber: Infobandung
EmoticonEmoticon