Villa Isola, Bandung adalah
bangunan villa yang terletak di kawasan pinggiran utara Kota Bandung. Berlokasi
pada tanah tinggi, di sisi kiri jalan menuju Lembang (Jln. Setiabudhi). Villa Isola adalah salah satu bangunan yang
dibangun pada tahun 1932 bergaya Arsitektur Art Deco yang banyak dijumpai di
Bandung, yang merupakan salah satu dari karya arsitek terkenal dari Charles Prosper Wolff Schoemaker.
Sejarah
Di awal tahun 30 an seluruh dunia
mengalami krisis global, termasuk indonesia yang pada saat itu perekonomian
indonesia di bawah kendali belanda. tapi krisis tersebut tidak berpengaruh bagi
seseorang yang bernama : DOMINIQUE WILLEM BERRETY ((20 Nov 1890 - hindia
belanda) yang merupakan keturunan campuran jawa-itali.
Saat Berretty masih muda dia
pernah bekerja di surat kabar java bode, sampai akhirnya pada tahun 1907
mendirikan usaha jasa telegraf yang konon katanya merupakan perusahaan jasa
telegraf pertama di Indonesia. Karir Berretty makin menanjak pada saat dia
mendirikan agen pers ANETA (Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap) di
Batavia. Dengan karir ini Berretty mampu memonopoli pengadaan barang tentang
Hindia Belanda.
Kesukesean berretty menjadikannya
seseorang yang kaya raya dan selebriti pada masa itu, namun banyak sekali orang
tidak senang dengan kesuksesan dan ketenararannya. Setelah berretty kaya raya,
dia mulai mambangun VILLA ISOLA dengan biaya yang sangat fantastik yaitu :
500.000 gulden ( sekitar 250 Milyar rupiah).
Dari jaman dahulu sampai sekarang
Bandung terkenal dengan udaranya yang sangat sejuk, terlebih daerah Bandung
utara atau Lembang sekitarnya, dari situlah Berretty memilih tempat yang tepat
untuk membangun sebuah vila.
VILLA ISOLA dibangun di atas
tanah seluas ± 1 hektar yang mencakup: bangunan, taman, kolam, dan kebun
anggur, tepat nya di Jl. Setia Budi No.229 atau Lembang Wegh (orang belanda
biasa menyebutnya).
VILLA ISOLA di desain oleh
seorang arsitek ternama pada masa itu, yaitu : C.P WOLF SCHOEMAKER, gedung ini
di bangun dengan waktu yang sangat singkat Oktober 1932 sampai Maret 1933.
Schoemaker dikenal sebagai
Arsitek ART DECO yang mahir menyelaraskan arsitektur eropa dengan lingkungan
tropis dan keahliannya dalam memadukan elemen dekoratif kuno dengan arsitektur
modern, sehingga dia dikenal sebagai arsitek terbaik pada masa itu.
Villa Isola selesai dibangun
1933, namun tragis bagi pemiliknya, pada 20 Desember 1934, Pesawat Uiver
(pesawat milik KLM, yang menjadi simbol kebanggaan Belanda karena berhasil
memenangkan perlombaan udara London – Melbourne pada Oktober 1934) yang mengangkut
350 kg surat, 4 orang awak dan 3 penumpang, termasuk Berrety, jatuh di Siria,
perbatasan Irak dalam penerbangan reguler dari Amsterdam menuju Batavia.
Penyebab kecelakaan menurut versi resmi pemerintah Belanda adalah, mesin
pesawat lumpuh akibat diterjang kilat yang menewaskan semua awak dan
penumpangnya, namun pesawat masih bisa terbang tanpa pilot dan jatuh kemudian
terbakar di Siria, perbatasan Irak.
Setelah Beretty meninggal, Villa
ini dibeli oleh Savoy Homann untuk menjadi bagian dari hotel tersebut. Pada
masa kemerdekaan, bangunan ini menjadi markas tentara Jepang dan pernah menjadi
markas tentara pejuang kemerdekaan. Pada tanggal 20 Oktober 1954, gedung ini
diserahkan oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjodjo kepada Menteri Pendidikan
Muhammad Yamin sebagai gedung utama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG),
dan peristiwa ini menandai berdirinya PTPG. PTPG kemudian berangsur-angsur
berkembang dan berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dari
Universitas Padjadjaran (1958), kemudian menjadi Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Bandung (IKIP Bandung, 1963) sampai akhirnya sekarang menjadi
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI, 1999).Pada masa pendudukan Jepang,
Gedung ini sempat digunakan sebagai kediaman sementara Jenderal Hitoshi Imamura
saat menjelang Perjanjian Kalijati dengan Pemerintah terakhir Hindia Belanda di
Kalijati, Subang, Maret 1942.
Tentara Indonesia kemudian
berhasil merebut Vila Isola. Semenjak itulah nama Vila Isola berubah menjadi
Bumi Siliwangi yang mengandung arti rumah pribumi. Saat itu keadaan Vila Isola
atau Bumi Siliwangi berupa puing-puing bangunan yang telah hancur di beberapa
bagian.
Pada tahun 1954 Vila Isola pun
dibeli pemerintah Indonesia seharga Rp 1.500.000. Vila Isola atau Bumi
Siliwangi itu pun kemudian dijadikan gedung Perguruan Tinggi Pendidikan Guru
(PTPG). PTPG ini merupakan cikal bakal dari IKIP atau UPI Bandung saat ini.
Semenjak tahun 1954 Vila Isola
menjadi kantor rektorat dan juga ruang kelas sekaligus. Tahun 1963 PTPG pun
berubah menjadi IKIP Bandung. Sampai saat ini Rektor, Pembantu Rektor dan
Sekretariat Universitas masih menempati Vila Isola.
Arsitektur Bangunan
Gedung ini berarsitektur modern
dengan memasukkan konsep tradisional dengan filsafat arsitektur Jawa bersumbu
kosmik utara-selatan seperti halnya Gedung Utama ITB dan Gedung Sate. Orientasi
kosmik ini diperkuat dengan taman memanjang di depan gedung ini yang tegak
lurus dengan sumbu melintang bangunan kearang Gunung Tangkuban Perahu. Bangunan
berlantai tiga, dengan lantai terbawah lebih rendah dari permukaan jalan raya,
disebabkan karena topografinya tidak rata. Ranah sekeliling luas terbuka,
dibuat taman yang berteras-teras melengkung mengikuti permukaan tanahnya. Sudut
bangunan melengkung-lengkung membentuk seperempat lingkaran. Secara keseluruhan
bangunan dan taman bagaikan air bergelombang yang timbul karena benda jatuh
dari atasnya, sehingga gedung ini merupakan penyesuaian arsitektural antara
bangunan terhadap lingkungan.
Peletakkan Massa
Dalam meletakkan massa Villa
Isola, Schoemaker menggunakan sumbu imajiner utara-selatan dengan arah utara menghadap
Gunung Tangkuban Perahu dan arah selatan menghadap Kota Bandung. Penggunaan
sumbu utara-selatan dengan berorientasi pada sesuatu yang sakral (gunung atau
laut) merupakan orientasi kosmis masyarakat di Pulau Jawa. Hal yang sama
diterapkan dalam pengolahan tapak Technische Hoogheschool te Bandoeng (Institut
Teknologi Bandung/ITB) yang berorientasi pada Gunung Tangkuban Perahu dan Kota
Yogyakarta pada Gunung Merapi.
Villa Isola terletak di antara
dua taman yang memiliki ketinggian berbeda. Taman di bagian selatan lebih
rendah daripada taman di bagian utara. Taman di utara didesain dengan
menghadirkan nuansa Eropa di dalamnya. Hal ini diperkuat dengan kolam berbentuk
persegi dengan patung marmer di tengahnya. Pada taman ini terdapat jalur yang
merupakan as yang membagi taman menjadi dua bagian simetris. Mendekati bagian
utara bangunan, akan terlihat tangga berbentuk setengah lingkaran yang titik
pusatnya berada pada bangunan.
Hal serupa juga diterapkan pada
taman bagian selatan. Pengolahan bentuk anak tangga setengah lingkaran berpusat
pada bangunan Villa Isola. Kedua taman yang memiliki perbedaan ketinggian
dihubungkan dengan dua tangga melingkar pada sisi barat dan timur bangunan.
Pengolahan taman dengan menggunakan bentuk melingkar yang berpusat pada
bangunan yang juga memiliki bentuk melingkar, menjadikan bangunan menyatu
dengan lahan di sekitarnya.
Fasad dan Interior
Fasad bangunan Villa Isola
diperkaya dengan garis-garis lengkung horizontal. Hal ini merupakan ciri
arsitektur Timur yang banyak terdapat pada candi di Jawa dan India. Pada
saat-saat tertentu, garis dan bidang memberi efek bayangan dramatis pada
bangunan.
Seperti kebanyakan karya
Schoemaker, Villa Isola memiliki bentuk simetris. Suatu bentuk berkesan formal
dan berwibawa. Pintu utama terdapat pada bagian tengah bangunan, menghadap ke
utara. Pintu ini dilindungi sebuah kanopi berupa dak beton berbentuk melengkung
yang ditopang satu tiang pada ujungnya.
Bangunan berlantai tiga, dengan
lantai terbawah lebih rendah dari permukaan jalan raya, disebabkan karena
topografinya tidak rata. Ranah sekeliling luas terbuka, dibuat taman yang
berteras-teras melengkung mengikuti permukaan tanahnya. Sudut bangunan melengkung-lengkung
membentuk seperempat lingkaran. Secara keseluruhan bangunan dan taman bagaikan
air bergelombang yang timbul karena benda jatuh dari atasnya, sehingga gedung
ini merupakan penyesuaian arsitektural antara bangunan terhadap lingkungan.
Bagian villa yang menghadap utara
dan selatan digunakan untuk ruang tidur, ruang keluarga, dan ruang makan;
masing-masing dilengkapi jendela dan pintu berkaca lebar, sehingga penghuni
dapat menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Pemandangan indah ini juga
dapat diamati dari teras yang memanfaatkan atap datar dari beton bertulang di
atas lantai tiga.
Pada taman belakang terdapat
kolam dengan pergola untuk bunga dan dilengkapi dengan lapangan tenis. Di depan
sebelah utara jauh terpisah dari bangunan utama ditempatkan unit pelayanan
terdiri dari garasi untuk beberapa mobil, rumah sopir, pelayan, gudang dan
lain-lain.
Pintu gerbang masuk ke komplek
villa ini terbuat dari batu yang dikombinasikan dengan besi membentuk bidang
horisontal dan vertikal. Setelah melalui gapura dan jalan aspal yang cukup
lebar, terdapat pintu masuk utama yang dilindungi dari panas dan hujan dengan
portal datar dari beton bertulang. Mengikuti lengkungan-lengkungan pada
dinding, denah portal juga melengkung berupa bagian dari lingkaran pada sisi
kanannya. Ujung perpotongan kedua lengkungan disangga oleh kolom tunggal yang
mirip dengan bagian rumah Toraja ( tongkonan ). Setelah melalui pintu utama
terdapat vestibulae sebagaimana rumah-rumah di Eropa umumnya.
Ruang penerima ini terdapat di
balik pintu masuk utama selain berfungsi untuk tempat mantel, payung tongkat
dan lain lain juga sebagai ruang peralihan antara ruang luar dengan ruang di
dalam. Dari vestibula ke kiri dan ke kanan terdapat tangga yang melingkar
mengikuti bentuk gedung secara keseluruhan. Tangga ini terus-menerus sampai ke
atap.
Ruang-ruang seperti diekspresikan
pada wajah gedung bagian utara (depan) maupun selatan (belakang) juga simetris.
Ruang-ruang yang terletak di sudut, dindingnya berbentuk 1/4 lingkaran. Lantai
paling bawah digunakan untuk rekreasi, bermain anak-anak dilengkapi dengan mini
bar langsung menghadap ke teras taman belakang. Selain itu pada bagian ini,
terdapat juga ruang untuk kantor, dapur, kamar mandi dan toilet.
Di atasnya adalah lantai satu
yang langsung dicapai dari pintu masuk utama. Pada lantai ini, di belakang
vestibule terdapat hall cukup besar, permukaannya sedikit lebih rendah, karena
itu dibuat tangga menurun. Kemudian setelah tangga langsung ke salon atau ruang
keluarga yang sangat luas. Antara hall dan salon dipisahkan oleh pintu dorong
sehingga bila diperlukan, kedua ruangan ini dapat dijadikan satu ruang yang
cukup luas. Jendela pada ruangan ini juga mengikuti dinding yang berbentuk
lingkaran sehingga dapat leluasa memandang kota Bandung. Ruang makan terletak
di sebelah kiri (barat) salon. Di sebelah kanan (timur) ruang makan terdapat
ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan ruang ketik di belakangannya
(utara). Semua ruang berjendela lebar kecuali untuk menikmati pemandangan luar,
juga sebagai ventilasi dan saluran sinar matahari. Pembukaan jendela, pintu
yang lebar merupakan penerapan konsepsi tradisional yang menyatu dengan alam.
Semua ruang tidur ditempatkan
pada lantai dua berjejer dan berhadapan satu dengan lainnya yang masing masing
dihubungkan dengan gang di tengah. Pembagian ruang tidur dilakukan secara
simetris. Di sebelah selatan terdapat ruang tidur utama, tengah utara untuk
ruang keluarga dan di sebelah barat dan timur terdapat lagi kamar tidur.
Masing-masing kamar mempunyai teras atau balkon. Kamar tidur utama sangat luas
dengan ruang pakaian dan toilet di kiri kanannya. Antara ruang tidur utama dan
teras terdapat pintu dorong selebar dinding sehingga apabila dibuka teras
menyatu dengan kamar tidur, menghadap ke arah kota Bandung. Untuk melindungi
teras dan ruang tidur dari air hujan, dibuat tritisan dari kaca disangga dengan
rangka baja.
Bentuk ruang keluarga identik
dengan ruang tidur utama, dengan latar belakang ke arah utara, sehingga Gunung
Tangkuban Parahu menjadi vistanya. Di atas ruang-rung tidur terdapat lantai
tiga yang terdiri atas sebuah ruang cukup luas untuk pertemuan atau pesta,
kamar tidur untuk tamu, sebuah bar, dan kamar mandi serta toilet tersendiri.
Sama dengan ruang lainnya. ruang ini memiliki teras, jendela dan pintu dorong
lebar.
Di atas lantai tiga berupa atap
datar yang digunakan untuk teras. Semua perabotan dan kaca tritisan diimpor
dari Paris, Perancis.
Bangunan ini ada tendensi
horisontal dan vertikal yang ada pada arsitektur India yang banyak berpengaruh
pada candi-candi di Jawa. Dikatakannya dalam arsitektur candi maupun bangunan
tradisional, keindahan ornamen berupa garis garis molding akan lebih terlihat
dengan adanya efek bayangan matahari yang merupakan kecerdikan arsitek masa
lampau dalam mengeksploitasi sinar matahari tropis.
Schoemaker banyak memadukan
falsafah arsitektur tradisional dengan modern dalam bangunan ini. Secara
konsisten, ia menerapkannya mulai dari kesatuan dengan lingkungan, orientasi
kosmik utara selatan, bentuk dan pemanfaatan sinar matahari untuk mendapat efek
bayangan yang memperindah bangunan.
Seperti pintu masuk utara, pintu
masuk selatan berhadapan langsung dengan taman. Pengolahan lahan, taman, dan
elemen-elemennya turut mendukung keunikan Villa Isola terutama dari segi
bentuk. Semuanya itu menyuarakan satu bentuk: bundar!
Tahap Pemugaran
Pada tahun 1954 Villa Isola pun
dibeli pemerintah Indonesia seharga Rp 1.500.000. Villa Isola atau Bumi
Siliwangi itu pun kemudian dijadikan gedung Perguruan Tinggi Pendidikan Guru
(PTPG). PTPG ini merupakan cikal bakal dari IKIP atau UPI Bandung saat ini.
Semenjak tahun 1954 Villa Isola
menjadi kantor rektorat dan juga ruang kelas sekaligus. Tahun 1963 PTPG pun
berubah menjadi IKIP Bandung. Sampai saat ini Rektor, Pembantu Rektor dan
Sekretariat Universitas masih menempati Villa Isola.
Kini pihak UPI sedang melakukan
pembangunan revitalisasi “Isola Heritage” yang dimulai sejak tahun 2009 yang
direncanakan selesai pada tahun 2011. Isola Heritage akan mencakup dan memakan
lahan 2 ha. Biaya yang dikeluarkan untuk proyek ini pun tidak tanggung-tanggung
yaitu berkisar antara 4-5 miliar rupiah. Kawasan Isola Heritage ini memiliki
konsep eduturisme karena menggabungkan hutan kota sekaligus sebagai areal
penelitian. Didukung dengan botanical garden, diharapkan Isola Heritage pun
dapat berfungsi sebagai paru-paru kota. Proses revitalisasi Gedung Isola
diantaranya dengan pemugaran taman dan kolam serta penambahan monumen
pendidikan dan gedung informasi di sekitarnya. Isola Heritage akan jadi kawasan
cagar budaya yang dapat dinikmati seluruh kalangan sebagai bagian dari wisata
pendidikan. Karena ini merupakan public
area, siapa pun boleh datang ke sini tidak terbatas untuk internal UPI saja.
EmoticonEmoticon